Anak Muda Bicara Genosida 65
Kemarin saya
melihat berita dari media sosial maupun media televisi sedang hangat membahas
masalah International People’s Tribunal 1965 atau Pengadilan Rakyat
Internasional di Den Haag Belanda. Dengan hastag #IPT1965 dan #Genosida65 di
media sosial twitter membuat berita ini begitu heboh dan menarik. Tentu kita
tahu dengan hastag itu sudah dapat kita tebak bahwa ini membahas masalah
peristiwa pada Tahun 1965 yang memakan banyak korban, bahkan menurut beberapa
sumber yang pernah saya baca korbannya jutaan dan tentu saat ini menjadi
sejarah yang masih abu-abu. Sampai detik ini pun belum tahu siapa yang benar
maupun yang salah pada peristiwa tahun 1965 tersebut. Ada beberapa sumber dan
buku sejarah yang berbeda beda memberitakan tentang peristiwa ini, ada yang
menyalahkan salah satu pihak dan yang satu menyalahkan pihak lain. Peristiwa
ini memang kental dengan muatan politis dan kekuasaan serta lebih parah lagi
ini disusupi masalah keagamaan. Apalagi zaman orde baru dibawah kekusaan
Presiden kedua RI terus dilingkupi misteri, akibat pengulangan sejarah,
kesalahan dan mitos-mitos seolah peristiwa ini di buat sedemikian rupa dengan
kemasan yang sangat menarik dan juga menyeramkan untuk kepentingan
pemerintahanya waktu itu. Diberi label yang begitu kuat untuk melakukan
pembenaran menurut sudut pandangNya dan untuk kepentinganNya. Tetapi saya tidak
akan membahas masalah ini terlalu dalam.
Sebelum berita
ini berkembang dan mencuat hingga diberita media baik online maupun cetak tentang
Pengadilan Rakyat Internasional di Den Haag Belanda, upaya yang dilakukan daripada
orang-orang dalam IPT 1965 termasuk KOMNAS HAM, KONTRAS dan lembaga lainnya ini
sudah lama dilakukan. Dimedia berkembang berbagai opini atau tanggapan yang beragam baik hari ini dan
kemarin soal kasus IPT 1965 ini, ada yang mendukung ada yang menolak. Dan
menurut saya sangat wajar apalagi dialam demokrasi saat ini. Semua informasi di
buka seluas-luasnya supaya semua orang tahu tentang apa sedang dan yang terjadi
serta bisa memberi tanggapan, opini serta komentar termasuk juga untuk masalah
IPT 1965. banyak yang binggung dan bertanya diantaranya mengapa dibawa sampai Belanda?
Bukankah harusnya Belanda lebih bertanggung jawab terhadap juataan manusia yang
di bunuh di indonesia? Apa ini diprakarsai oleh pemerintah Belanda? Banyak
timbul sejumlah pertanyaan dan pernyataan termasuk dari Jaksa Agung, Menko
Polhukam, Menteri Pertahanan, Kepala BIN, Ketua Umum Partai Nasdem Bapak Surya
Paloh dan banyak pejabat serta masyakat luas.
Disini saya hanya
ingin merespon sedikit tentang pernyataan Bapak Ketua Umum Partai Nasdem Surya
Paloh yang saya baca di salah satu media online kemarin yang diantaranya
menyatakan bahwa membawa kasus atau peristiwa tahun 1965 ini ke luar Negeri
apalagi sampai di Den Haag Belanda ini menunjukkan ketidak Nasionalisme
terhadap bangsa dan menjual bangsa kepada aktifitas yang membuat ribut sesama
anak bangsa. Bapak Surya Paloh Yang Terhormat, membawa kasus pelanggaran HAM ke
Den Haag Belanda itu menurut saya bukan masalah nasionalisme atau tidaknya Pak.
Bukankah kemanusiaan itu diatas nasionalisme Pak? Begini Pak, Bapak kan di
banyak pidatonya mendengungkan berbagai hal tentang apa yang di rumuskan oleh Presiden
Pertama Ir Soekarno dan Bapak sangat akrab menyebut Bung Karno. Bapak Surya
tentu tahu bahwa Dasar Negara kita pancasila yang juga salah satu rumusannya
dari Bung Karno kan Pak. Dan Bapak pasti tahu mengapa dalam isi Pancasila
disebutkan bahwa tentang “kemanusiaan” itu mendahului “persatuan indonesia’ ? itu
sudah tentu kan Pak kalau kemanusiaan diatas nasionalisme. Dan kalau Bapak
mengatakan ini sebagai menjual bangsa terhadap aktifitas membuat ribut sesama
anak bangsa, ini anak bangsa yang mana ya Pak? Apa setiap kasus yang dibawa ke
pengadilan baik di luar maupun di dalam juga membuat ribut sesama anak bangsa?
Kalau Bapak berasumsi membuat ribut sesama anak bangsa, berarti semua kasus
pelanggaran HAM dari tahun 1965 sampai sekarang membuat ribut?
Bapak Surya Paloh
Yth , Bapak kan dekat dengan Bapak Presiden Jokowi apalagi partai bapak
mendukung pemerintahannya, saya berpendapat sebaik Bapak mengingatkan kepada
Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Pak Yusuf Kalla tentang janji kampanyenya
yang akan menuntaskan dan menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM mulai dari
tahun 1965, coba Bapak berfikir sejenak ya Pak, mengapa kasus ini dibawa sampai
ke luar negeri? Ini menunjukkan bahwa
pemerintahan Pak Jokowi yang Bapak dukung ini tidak becus dan tidak mampu
menangani masalah pelanggaran HAM mulai tahun 1965. Apalagi jelas janji
kampanye waktu itu yang akan menyelesaikan kasus pelanggaran HAM dari tahun
1965. Coba kalau saja masalah ini ditangani di dalam negeri sesuai janji
kampanye Pak Jokowi dulu, pasti tidak akan ada perkara HAM ini di bawa keluar
Negeri apalagi sampai Belanda Pak.
Maaf Sebelumnya
ya Pak, bukannya saya membenci Pak Jokowi dan Bapak Surya, saya hanya anak muda
biasa yang mencoba berfikir secara logika tentang apa terjadi saat ini. Saya
juga salah satu yang mendukung Pak Jokowi jadi Presiden, tapi tolonglah Pak
Surya juga membantu mengingatkan Pak Jokowi untuk selalu menepati janji-janji
yang di buat dahulu sebelum menjadi Presiden. Terima Kasih
Komentar
Posting Komentar