Apa itu MKD?
Bertebaran meme
atau gambar-gambar yang dibuat para pengguna twitter dan di media sosial tentang
singkatan dari Mahkamah Kehormatan Dewan atau MKD, ada yang menyebut “Masa
Kawan Disidang”, ada lagi yang menyebut “Mahkamah Kebobrokan Dewan”, ada juga
yang menyebut “Mahkamah Konco Dewe”dan barusan saya melihat di salah satu
televisi swasta menyebut MKD dengan “Mana
Kehormatan Dewan” dan tentu masih banyak lagi singkatan-singkatan
lainnya.
Berikut Contoh meme yang saya copy dari media sosial :
Selain karena sindiran dan kekecewaan yang di ungkapkan lewat meme atau gambar-gambar tersebut, sebenarnya terdapat harapan masyarakat dan publik sangat tinggi terhadap para hakim di MKD ini untuk dapat menyelesaikan kasus “Papa Minta Saham” yang melibatkan Ketua DPR Setya Novanto. Termasuk saya sebagai warga negara biasa yang tentu juga mengikuti dan mengamati perkembangan kasus ini melalui media berharap sama untuk segera dapat menuntaskan masalah ini. Namun dibalik harapan saya dan juga jutaan masyarakat indonesia terhadap MKD terdapat keraguan akan terselesaikannya masalah ini dengan baik. Kenapa? Tentu kita tahu banyak lelucon dan drama politik dibalik persidangan yang di gelar di MKD ini, dimulai dari pergantian anggota MKD dari beberapa fraksi partai politik saat sidang akan dilaksanakan terutama pada partai Golkar yang sangat jelas bahwa yang menjadi anggota baru di MKD merupakan bagian dan pembela sang ketua DPR Setya Novanto atau SN. Ini jelas konspirasi dari konflik kepentingan yang ingin mengamankan sang ketua DPR. Masih saja mempemasalahkan legal standing si pelapor dan juga Sidang yang diadakan secara terbuka dan tertutup ini juga merupakan polemik tersendiri yang seperti drama sebuah film di layar sinetron televisi. Belum lagi timbul kegaduhan dan saling debat antar hakim MKD. Terus sidang yang terbuka dilakukan MKD terhadap pelapor Menteri ESDM dan Saksi Dirut PT Freepot dan tertutup untuk terlapor ketua DPR Setya Novanto ini merupakan suatu hal yang patut di pertanyakan. Ada apa dibalik sidang yang sebelumnya dilakukan terbuka dan tiba-tiba dilakukan tertutup untuk terlapor ? Pasti banyak timbul kongkalikong dan negosiasi yang publik dan masyarakat tidak ketahui. Kenapa saya sebut konkalikong? Karena terlapor SN dari Partai Golkar dan yang memimpin sidang Mahkamah pada saat itu dari rekan satu partai dengan SN. Dan bahkan publik sudah mengetahui siapa yang memimpin sidang pada terlapor SN tersebut, selain rekan satu partai juga merupakan sahabat dekat atau bisa di bilang sohib Setya Novanto atau SN. Dari sini sudah jelas dilihat dari logika bahwa mana mungkin seorang kawan dari satu partai memimpin sidang pada kawannya sendiri kalau tidak memihak atau setidaknya membela dan memberi kelonggaran. Jalannya Sidang yang begitu singkat untuk SN yang berbeda dari sidang-sidang sebelumnya dan juga kemarin sidang kepada saksi Menko Polhukam Luhut binsar Pandjaitan yang kembali dilakukan terbuka. Dan masih banyak drama lain lagi yang tentu mungkin saja dapat terjadi. Bagaimana mungkin publik dapat mempercayai sesuatu yang terlihat janggal dan banyak drama politik. Padahal ini menyangkut etika dan tentu sebuah moral bangsa yang wajib di junjung tinggi, terutama untuk sekelas ketua DPR yang seharusnya memberi contoh yang baik bukan mempertontonkan sikap yang kurang etis dan memalukan di publik. Kita semua masyarakat Indonesia menunggu keputusan apa yang bakal diambil oleh MKD terkait masalah ini. Walapun banyak yang meragukan terhadap MKD akan drama yang dimainkan ini semoga harapan baik dari MKD masih ada. Semoga MKD bukan Mahkamah Konco Dewe (mahkamah teman sendiri) yang membela teman sendiri melainkan mendengarkan suara rakyat melalui hati nurani untuk memutuskan masalah ini dengan bijak.
Berikut Contoh meme yang saya copy dari media sosial :
Selain karena sindiran dan kekecewaan yang di ungkapkan lewat meme atau gambar-gambar tersebut, sebenarnya terdapat harapan masyarakat dan publik sangat tinggi terhadap para hakim di MKD ini untuk dapat menyelesaikan kasus “Papa Minta Saham” yang melibatkan Ketua DPR Setya Novanto. Termasuk saya sebagai warga negara biasa yang tentu juga mengikuti dan mengamati perkembangan kasus ini melalui media berharap sama untuk segera dapat menuntaskan masalah ini. Namun dibalik harapan saya dan juga jutaan masyarakat indonesia terhadap MKD terdapat keraguan akan terselesaikannya masalah ini dengan baik. Kenapa? Tentu kita tahu banyak lelucon dan drama politik dibalik persidangan yang di gelar di MKD ini, dimulai dari pergantian anggota MKD dari beberapa fraksi partai politik saat sidang akan dilaksanakan terutama pada partai Golkar yang sangat jelas bahwa yang menjadi anggota baru di MKD merupakan bagian dan pembela sang ketua DPR Setya Novanto atau SN. Ini jelas konspirasi dari konflik kepentingan yang ingin mengamankan sang ketua DPR. Masih saja mempemasalahkan legal standing si pelapor dan juga Sidang yang diadakan secara terbuka dan tertutup ini juga merupakan polemik tersendiri yang seperti drama sebuah film di layar sinetron televisi. Belum lagi timbul kegaduhan dan saling debat antar hakim MKD. Terus sidang yang terbuka dilakukan MKD terhadap pelapor Menteri ESDM dan Saksi Dirut PT Freepot dan tertutup untuk terlapor ketua DPR Setya Novanto ini merupakan suatu hal yang patut di pertanyakan. Ada apa dibalik sidang yang sebelumnya dilakukan terbuka dan tiba-tiba dilakukan tertutup untuk terlapor ? Pasti banyak timbul kongkalikong dan negosiasi yang publik dan masyarakat tidak ketahui. Kenapa saya sebut konkalikong? Karena terlapor SN dari Partai Golkar dan yang memimpin sidang Mahkamah pada saat itu dari rekan satu partai dengan SN. Dan bahkan publik sudah mengetahui siapa yang memimpin sidang pada terlapor SN tersebut, selain rekan satu partai juga merupakan sahabat dekat atau bisa di bilang sohib Setya Novanto atau SN. Dari sini sudah jelas dilihat dari logika bahwa mana mungkin seorang kawan dari satu partai memimpin sidang pada kawannya sendiri kalau tidak memihak atau setidaknya membela dan memberi kelonggaran. Jalannya Sidang yang begitu singkat untuk SN yang berbeda dari sidang-sidang sebelumnya dan juga kemarin sidang kepada saksi Menko Polhukam Luhut binsar Pandjaitan yang kembali dilakukan terbuka. Dan masih banyak drama lain lagi yang tentu mungkin saja dapat terjadi. Bagaimana mungkin publik dapat mempercayai sesuatu yang terlihat janggal dan banyak drama politik. Padahal ini menyangkut etika dan tentu sebuah moral bangsa yang wajib di junjung tinggi, terutama untuk sekelas ketua DPR yang seharusnya memberi contoh yang baik bukan mempertontonkan sikap yang kurang etis dan memalukan di publik. Kita semua masyarakat Indonesia menunggu keputusan apa yang bakal diambil oleh MKD terkait masalah ini. Walapun banyak yang meragukan terhadap MKD akan drama yang dimainkan ini semoga harapan baik dari MKD masih ada. Semoga MKD bukan Mahkamah Konco Dewe (mahkamah teman sendiri) yang membela teman sendiri melainkan mendengarkan suara rakyat melalui hati nurani untuk memutuskan masalah ini dengan bijak.
Komentar
Posting Komentar