PDIP Pemegang “Kartu” PILKADA DKI
Tidak dapat dipungkir
kalau saat ini PDIP diatas angin, mempunyai kursi tertinggi di DKI Jakarta dengan
total mempunyai 28 kursi yang lebih dari cukup syarat( 22 kursi) mengajukan
pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur sendiri tanpa berkoalisi dengan
partai manapun. Menurut saya PDIP saat ini memegang “kartu” kunci strategis untuk
Pilkada DKI Jakarta karena selain bisa mengusung pasangan sendiri, PDIP juga
menjadi partai yang di tunggu partai lain untuk menentukan arah dan siapa pasangan
yang akan diusung tersebut. Bahkan ketika PDIP bergabung dengan partai lain
dalam koalisi kekeluargaan, PDIP ingin memimpin koalisi dan partai-partai lain
itupun juga setuju jika PDIP memimpin koalisi tersebut dengan menyodorkan
kandidat calon Gubernur. PDIP di tubuh koalisi kekeluargaan juga sangat penting
selain faktor suara terbanyak pemenang pemilu di DKI jakarta juga banyak kader
PDIP yang di gandrungi dan disukai masyarakat banyak termasuk partai-partai
yang tergabung dalam koalisi tersebut. Dibanding partai yang tergabung dalam
koalisi tersebut bisa dikatakan juga PDIP unggul dalam jumlah stok pemimpin
yang populer mempunyai elektabilitas tinggi misalnya saja seperti Risma(Walikota
Surabaya) terus ada Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) dan banyak lainnya.
Langkah politik PDIP dalam menentukan pasangan calon atau paslon Gubernur dan
Wakil Gubernur juga menentukan peta politik partai-partai lain yang memang
selama ini berseberangan dengan calon sang petahana Basuki Cahaya Purnama atau
Ahok yang notabene sekarang Ahok sudah pasti maju sebagai kandidat Calon
Gubernur DKI Jakarta mendatang dengan kendaraan Partai Nasdem, Hanura dan
Golkar. Kartu kunci yang dimiliki PDIP ini yang menjadi pemetaan politik partai
lain dalam mengambil keputusan, karena mereka yang tergabung dalam koalisi kekeluargaan
mayoritas menentang sang gubernur petahana. Maka sangat wajar bila
partai-partai dalam koalisi tersebut dibuat seolah menunggu keputusan PDIP.
Komentar
Posting Komentar