MEMBACA DAN MENEBAK ARAH PDIP DALAM PILKADA DKI



Pilkada Serentak akan terjadi kembali di tahun 2017 di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota di Indonesia. Namun dari semua daerah itu tak se-“seksi” Pilkada yang terjadi di Ibukota DKI Jakarta. Mengapa demikian, timbul suatu pertanyaan yang mendasar. Pilkada DKI Jakarta mulai diperbincangkan jauh hari dan intensitasnya jauh lebih banyak dibanding daerah lain. Geliat memanasnya, dari beberapa bulan yang lalu sepanjang tahun 2016 ini memang sudah ramai dibicarakan. Selain karena DKI Jakarta sebagai ibukota negara yang wilayahnya strategis, DkI ini juga dianggap sebagai miniaturnya Negara Republik Indonesia. Maka banyak orang yang berambisi ingin menduduki kursi orang nomor satu di jakarta. Selain Faktor itu juga ada faktor yang tak kalah penting yaitu sebagian kalangan yang tidak suka kepada sang gubernur Petahana Basuki Cahaya Purnama atau Ahok. Bahkan saya tadi membaca sebuah berita ada salah satu politisi yang mengatakan bahwa Gubernur petahana saat ini Basuki Cahaya Purnama atau Ahok dianggap sebagai RI 3 yang karena kekuasaannya yang juga besar. Dan juga pernyataan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Amanat Nasional atau PAN yang mengatakannya sebagai dewa. Waow sungguh mengagumkan bukan, tapi ini bukan sebuah pujian melainkan sebuah pernyataan yang keras menentang Ahok kembali maju di DKI Jakarta. Beragam alasan timbul untuk tidak mendukung kembali sang gubernur petahana. Alasan yang klasik mulai dari suka gusur warga, tidak manusiawi, tidak becus ngurus jakarta dan masih banyak alasan-alasan lain termasuk sakit hati karena tidak suka kepada Ahok. Bahkan isu sara pun kerap dijadikan obyek untuk menyerang sang Gubernur petahana. Dimulai penggalangan dukungan untuk tidak memilih Ahok di dalam khotbah di suatu masjid dan banyak tempat lainya. Banyak tokoh-tokoh yang tiba-tiba muncul saat Pilkada DKI akan segera berlangsung dengan memberitahu bagaimana Jakarta harus dibangun, bahwa pemimpin yang sesuai dengan ekspetasi apa yang mereka inginkan. Padahal dia sendiri bukan warga dan tidak tinggal dijakarta , sungguh ironis bukan? Golongan orang-orang ini tak ada saat rakyat membutuhkan, bahkan seolah tenggelam saat banjir dijakarta perlu segera diatasi, permasalahan macet dimana-mana. Datang sebagai bak seorang pahlawan yang muncul tiba-tiba seoalah bahwa dia merasa mampu mengatasi semua itu. Rakyat jakarta itu cerdas, mereka mampu berfikir secara obyektif tau seperti apa yang mereka harus pilih.
Saya tidak akan membahas terlalu jauh tentang siapa saja yang tidak suka dan tidak mendukung Ahok maju kembali di bursa Pilkada DKI dan termasuk alasan-alasan tidak untuk memilihnya. Disini saya akan kembali membahas sesuai judul yang saya ungkapkan diatas tentang membaca dan menebak arah dukungan PDIP. PDIP akan mendukung siapa dalam Pilkada DKI jakarta ini yang menjadi pertanyaan banyak orang termasuk Partai-partai yang mendukung Ahok dari awal seperti partai Nasdem, Hanura Golkar serta apalagi partai-partai lain yang tidak mendukung atau melawan sang calon Gubernur petahana. Partai yang sangat menunggu keputusan PDIP itu malah partai yang selama ini berseberangan dengan Ahok, karena peta politik dan strategi partai-partai ini dilihat dari keputusan PDIP. Pengaruhnya dalam pemetaan politik mereka sangat menentukan dan menjadi tolok ukur karena PDIP menjadi dan sekaligus pemilik “Kartu kunci “ (yang saya bahas kemarin) sebagai partai pemenang pemilu, mempunyai kader jumlah stok calon pemimpin yang populer dan masih banyak faktor lainnya. Banyak misteri didalam tubuh PDIP untuk menentukan Calon pasangan dalam pilkada di DkI saat ini. Tapi jangan lupa sikap PDIP itu ya sikap Sang Ketua umum, bahkan saya katakan suara PDIP ya suara sang ketua umum Megawati Soekarnoputri. Karena semua tunduk pada mekanisme partai yang tak lain merupakan titah sang ketua umum. Bahkan sampai saat ini saya menulis pada jam 14.35 WIB tanggal 20 September 2016 ini merupakan hari kedua waktu mulai di bukanya pendaftaraan Pilkada oleh KPU( sebelum PDIP mengumumkan). Sebelum saya membaca dan menebak arah dukungan PDIP dalam Pilkada DKI Jakarta saya mencoba memahami sinyal-sinyal selama ini yang berkembang lewat sebuah berita online yang saya baca, dimulai dari pernyataan Ahok yang mengatakan mendapat dukungan dari Sang ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk melanjutkan duet Ahok-Djarot beberapa minggu yang lalu. Terus Sinyal kedua ketika Djarot yang saat ini berduet dengan Ahok ini mengatakan bahwa kemungkinan besar akan diusung kembali oleh PDIP. selain pernyataan Djarot yang mau kembali berduet dengan Ahok, dia juga mengatakan tidak mau untuk di sandingkan dengan Risma bila dirinya hanya menjadi Wakil. Ini menjadi pernyataan yang tersirat bahwa kemungkinan untuk dia maju menjadi pendamping ahok sangat besar Karena belum tentu juga Risma menerima menjadi wakil Djarot.Sinyal Ketiga datang dari sang Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang mengatakan bahwa ada beberapa opsi yang di pilih didalam Pikada DKI diantara opsi itu opsi yang pertama memang menduetkan Ahok kembali berpasangan dengan Djarot. Sinyal selanjutnya dari salah satu politisi PDIP Maruar sirait yang mengatakan kemungkinan besar akan mendukung Sang Gubernur Petaha Ahok. Maruar Sirait memiliki beberapa alasan Sang Ketua Umum apabila PDIP mendukung Ahok antara lain  karena Faktor kedekatan Ahok dengan Megawati bahkan saat ulang tahunnya Megawati Soekarnputri, Ahok yang mendapat yang pertama dan juga buku yang pertama. Alasan lain yang di ungkap Maruar Sirait juga faktor kedekatan Ahok dengan Sang Presiden Jokowi yang notabene dulu berpasangan di DKI. Hubungan ketiganya antara Ahok dan Megawati serta Presiden Jokowi ini mempunyai korelasi. Sinyal terbaru pagi tadi bahwa akan ada pengumuman penting pada malam ini terkait dukungan PDIP dalam Pilkada DkI Jakarta yang disampaikan Sang Sekjen Hasto Kristyanto agar Ahok mengosongkan jadwal pada sore ini tanggal 20 September 2016.
 Faktor lain juga menurut saya Megawati mempunyai pertimbangan plus minusnya mengajukan Risma (Walikota Surabaya) untuk di bawa ke Jakarta. Megawati juga mengamati hasil survei dan tren saat ini dengan keberadaan Teman Ahok yang begitu antusias dengan 1 juta Ktpnya dan masyarakat Jakarta pada umumnya memang menyukai kinerja Ahok yang dianggap berhasil membangun Jakarta walapun sebagian orang terkadang bertentangan dengan sikap dan kinerja Ahok tersebut. Maka dari membaca sinyal itu sebelum PDIP dan Megawati membuat sebuah pengumuman malam ini untuk mendukung siapa dalam Pilkada DKI Jakarta, saya dapat menyimpulkan bahwa PDIP malam ini akan mengumumkan untuk mendukung dan mengusung Pasangan Calon gubernur dan Wakil Gubernur periode 2017-2022 yaitu kepada BASUKI TJAHAJA PURNAMA atau AHOK berpasangan dengan DJAROT SAIFUL HIDAYAT.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Lunturnya Nilai-Nilai Pancasila

Kenapa Negara Tak Cetak Uang Sebanyak-banyaknya Agar Bisa Bayar Utang dan Terbebas Kemiskinan?

Mata Kuliah RPM 2